Minggu, 07 Januari 2018

Ber khitan

Sebagai ibu dari 3 anak laki laki.

Berarti saya harus 3 kali juga menunggu anak saat berkhitan.

Ada tiga pengalaman yang berbeda. Rasanya semua sama, ngeri....


1. Desember 2005, Ariq-ku yang nomor 2 berkhitan. Diusia 3 tahun

Ariq harus segera dikhitan karena mengalami fimosis (info tentang fimosis banyak ya)

Jadi di khitan di rumah sakit, Bius total. Karena di ruang operasi, saya hanya nunggu diluar.

Khitan Ariq tidak bermasalah. karena tidak ada kegemukan, semua normal.


2. Juli 2006. Adit-ku yang sulung berkhitan, di usia 8 tahun

Adit khitan biasa, berdua bersama sepupunya, di rumah khitan di jalan sukarno hatta bandung,

Proses khitan disana tampak lancar, banyak anak-anak yang khitan, krn memang saat itu lagi liburan sekolah.

Khitan disini, anak2 juga tidak ditunggu orangtuanya, Jadi saya terima beres aja.

Khitan Adit juga normal.


3. Desember 2017 Abyan-ku yang bungsu berkhitan, di usia 11 tahun

Nah Abyan yang sedikit bermasalah. Karena badannya agak gemuk, maka seperti anak gemuk lainnya harus khitan secara khusus.

Awalnya akan berkhitan dengan metode "klem" seperti yang banyak sekarang ini. Tapi tidak bisa.

Mulai bingung nih, sekolah seminggu lagi sudah mulai masuk. Sebetulnya ada wacana untuk menunda sampai satu semester lagi. Sampe libur kenaikan kelas.

Setelah dipikir-pikir, akhirnya coba masuk ke rumah sakit,  untuk mencari saran lain. Setalah ngobrol2 dengan dokter, disarankan untuk khitan dengan metode "cauter".

Yang bungsu ini kami berdua boleh nunggu proses khitan. ngeliat. Hadeuuuhhh rasanya selangit deh.

Dari ketiga pengalaman tadi, mungkin semakin kecil anak kita berkhitan, mungkin akan lebih baik.

Karena dari ketiganya, saya lebih mudah mengurus Ariq saat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar